selamat datang

Selasa, 19 November 2013

pengertian morfofonemik#

A.    PENGERTIAN MORFOFONEMIK
    Morfofonemik adalah cabang linguistic yang mempelajari perubahan bunyi yang diakibatkanoleh adanya pengelompokkan morfem. Nelson Francis (1958) mengatakan bahwa morfofonemik mempelajari variasi-variasi yang tampak pada struktur fonemik alomorf-alomorf sebagai akibatpengelompokkan menjadi kata (Ahmadslamet, 1982:69). Penegertian lain dilontarkan oleh Samsuri (1982:201) bahwa morfofonemik merupakan studi tentang perubahan-perubahan fonem yang disebabkan hubungan dua morfematau lebih serta pemberian tanda-tandanya.
    Prawirasumantri (1986:37) memberikan contoh untuk memperjelas bidang garapan morfofonemik yakni dengan pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan bentuk belajar. Pada proses morfologis ini terjadi perubahan /r/ menjadi /l/. pertemuan morfem meN- dengan lihat menjadi melihat. Disini tampak bunyi /N/ hilang menjadi me-. Perubahan-perubahan bunyi akibat pertemuan dua morfem atau lebih disebut morfofonemis, sedangkan tanda huruf besar pada meN- yang pada ralitas fonemis bisa berupa beberapa macam bunyi/fonem disebut morfofonem, dan ilmu yang mempelajarinya disebut morfofonemik.
    Morfofonemis bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) penghilangan bunyi; (2) penambahan bunyi; (3) perubahan bunyi
 1)    Penghilangan Bunyi
    Proses penghilangan bunyi dapat terjadi atas:
    1) Bunyi /N/ pada meN- dan peN- yang hilang karena pertemuan kedua morfem
         tersebut dengan bentuk dasar yang berbunyi atau berfonem awal /r, l, y, w/ dan
         nasal.

   

    Misalnya:
meN- + ramu
meN- + lucu
meN- + yakini (?)
meN- + wangi
meN- + nyanyi
meN- + minyak
meN- + ngeong
meN- + nanti

peN- + rusak
peN- + lacak
peN- + yakin
peN- + wajib
peN- + nyala
peN- + mabuk
peN- + nanti    →














→    meramu
melucu
meyakini
mewangi
menyanyi
meminyak
mengeong
menanti

perusak
pelacak
peyakin
pewajib
penyala
pemabuk
penanti
2)      Fonem /r/ pada morfern ber-, ter-, dan per- hilang bila yang berbunyi atau
      berfonem awal  /r/ atau yang suku pertamanya berakhir dengan bunyi /r/.
   
    misalnya:
ber- + rambut
ber- + serta
ber- + kerja
 
ter- + rasa
ter- + pedaya
ter- + rayu

ter- + ramal
ter- + ramai
ter- + serta    →









→    berambut
beserta
bekerja

terasa
terpedaya
terayu

peramal
peramai
peserta



2)    Penambahan Bunyi
    Proses penambahan bunyi terjadi pada:
1) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an, menyebabkan timbulnya
    fonem atau bunyi /?/ bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/.
   
    Misalnya:
-an + sapa
ke-an + sama
per-an + kata    →

→    sapaan
kesamaan
perkataan
Catatan
    Jika peN-an dipertemukan dengan bentuk dasar yang diawali bunyi /p, t, k, dan s/ dan diakhiri oleh vocal maka morfofonemis yang terjadi berupa perubahan, penghilangan dan penambahan bunyi.
    Contoh:
peN-an + tanda
peN-an + padu
peN-an + kaji
peN-an + sampai    →


→    penandaan
pemaduan
pengajian
penyampaian

2) Pertemuan antara morfem -an, ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berakhir dengan bunyi /i/ akan menyebabkan timbulnya bunyi /y/.
        Misalnya:
-an + hari
ke-an + serasi
per-an + api    →

→    harian
keserasian
perapian
3) Pertemuan antara morfem , ke-an, per-an dengan bentuk dasar yang
    berkhir dengan fonem /u, o/ akan menyebabkan timbulnya fonem /w/.
   

    Misalnya:
-an + jamu
ke-an + lucu
per-an + sekutu
 
-an + kilo
ke-an + loyo
per-an + toko    →





→    jamuan
kelucuan
persekutuan

kiloan
keloyoan
pertokoan

3)    Perubahan Bunyi
    Perubahan bunyi akan terjadi pada:
1) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang dimulai
    oleh fonem atau bunyi /d/ dan bunyi /s/ khusus pada bentuk dasar yang
    berasal dari bahasa asing akan terjadi perubahan bunyi /N/ menjadi /n/.
meN- + datang
meN- + survai
 
peN- + damar
peN- + supply    →



→    mendatang
mensurvei

pedamar
pensupply

2) Pertemuan morfem meN- dan peN- pada bentuk dasar yang berawal
    dengan bunyi atau fonem /b, f/ akan terjadi perubahan bunyi /N/
    menjadi /m/.
    Misalnya:
meN- + buru
meN- + fitnah
 
peN- + buang
peN- + fitnah    →



→    memburu
memfitnah

pembuang
pemfitnah

3) Pertemuan morfem meN- den peN- dengan bentuk dasar yang berawal
    dengan fonem /c, j/, maka fonem /N/ akan berubeh menadi /n/
    Misalnya:
meN- + cakar
meN- + jajal
 
peN- + ceramah
peN- + jamu    →



→    mencakar
menjajal

penceramah
penjamu

4) Pertemuan morfem meN- dan peN- dengan. bentuk dasar yang berbunyi
    awal /g, h, x/ dan voka1 , maka fonem /N/ akan berubah menjadi /η/.
    Misalnya:
meN- + garap
meN- + hasut
meN- + khayal
meN- + ambil
meN- + intip
meN- + ukur
meN- + ekor
meN- + orbit
 
peN- + garis
peN- + harum
peN- + khianat
peN- + angkat
peN- + isap
peN- + umpat
peN- + olah    →














→    menggarap
menghasut
mengkhayal
mengambil
mengintip
mengukur
mengekor
mengorbit

penggaris
pengharum
pengkhianat
pengangkat
pengisap
pengumpat
pengolah


5) Pertemuan morfem ber- dan per— pada bentuk dasar ajar
    mengakibatkan perubahan bunyi /r/ men jadi /1/. Peristiwa ini
    sebenarnya merupakan peristiwa unik, sebab hanyac terjadi pada bentuk
    dasar ajar sehingga ada yang mengatakan suatu “kekecualian”.
    Perhatikanlah:
ber- + ajar
per- + ajar    →
→    belajar
pelajar

6) Pertemuan morfem ke-an dan -i dengan bentuk dasar berfonem akhir /?/
 menyebabkan fonem tersebut berubah menjadi /k/.
    Misalnya:
duduk /dudu?/ + ke-an
bedak /beda?/ + -i    →
→    kedudukan
bedaki

JENIS KATA ULANG#

JENIS KATA ULANG
1.    Dwilingga
Contoh :
-          Peraturan               menjadi           peraturan-peraturan
-          Rumah                   menjadi           rumah-rumah
-          Pencuri                  menjadi           pencuri-pencuri
-          Anak                     menjadi           anak-anak
-          Saudara                 menjadi           saudara-saudara
-          Kamus                   menjadi           kamus-kamus
-          Buku                     menjadi           buku-buku
-          Baju                       menjadi           baju-baju
-          Piring                     menjadi           piring-piring
-          Gelas                     menjadi           gelas-gelas
1.    Dwilingga salin suara
Contoh :
-          Balik          menjadi           Bolak-balik
-          Kesana      menjadi           kesana-kesini
-          Sayur         menjadi           sayur-mayur
-          Lauk          menjadi           lauk-pauk
-          Hura          menjadi           hura-hura
-          Lenggok    menjadi           lenggak-lenggok
-          Ramah       menjadi           ramah-tamah
-          Carut         menjadi           carut-marut
-          Gilang       menjadi           gilang-gemelang
-          Teram        menjadi           teram-temeram
1.    Dwipurwa
Contoh :
-          Tangga      menjadi           tetangga
-          Pohon        menjadi           pepohonan
-          Satu           menjadi           sesuatu
-          Sudah        menjadi           sesudah
-          Luhur        menjadi           leluhur
-          Jari             menjadi           jejari
-          Benang      menjadi           bebenang
-          Tanaman    menjadi           tetanaman
-          Sama         menjadi           sesama
-
1.    Kata ulang berimbuhan
Contoh :
-          Main          menjadi           Bermain-main
-          Tali            menjadi           Tali-temali
-          Mobil         menjadi           Mobil-mobilan
-          Kejar         menjadi           Kejar-kejaran
-          Kuda         menjadi           kuda-kudaan
-          Joget          menjadi           berjoget-joget
-          Sulam        menjadi           sulam-menyulam
-          Tulis          menjadi           tulis-menulis
-          Desak        menjadi           desak-desakan
-          Liuk           menjadi           meliuk-liuk
1.    Kata ulang sebagian
Contoh :
-          Bermain                 menjadi           bermain-main
-          Meihat                   menjadi           melihat-lihat
-          Berkejar                 menjadi           berkejar-kejaran
-          Sesayup                 menjadi           sesayup-sayup
-          Mendesir               menjadi           mendesir-desir
-          Terapung               menjadi           terapung-apung
-          Berayun                 menjadi           berayun-ayun
-          Mengambil            menjadi           mengambil-ambil
-          Berdesak               menjadi           berdesak-desakan
-          Menulis                 menjadi           menulis-nulis
1.    Kata ulang semu
Contoh :
-          Biri-biri
-          Laba-laba
-          Lumba-lumba
-          Pura-pura
-          Tiba-tiba
-          Kura-kura
-          Cumi-cumi
-          Ubur-ubur
-          Mata-mata
-          Kunang-kunang

Teori Jurnalistik#

Teori Jurnalistik
Filosofi pers atau junalistik modern pertama kali ditulis dalm buku berjudul : four theries of the perss “ karanang Sibert, Peterson dan Schramm pada tahun 1956 dan diterbitkan oleh Universitas Illinois.
Filosifi pers tersebut masih berkembang dengan munculnya teori “tanggung jawab sosial dalam komunikasi massa” yang di tulis dalam buku berjudul “Responsibility in Mass Communiacation” karangan Rivers, Schramm, dan Christian pada tahun 1980.
Bila semua dirangkum, akan  didapatkan teori pers seperti di bawah ini :
1.    Authoritarian Theory
2.    Libertarian Theory
3.    Social Responsibility Theory
4.    Soviet Communist Theory
Selain 4 teori jurnalistik yang telah umum di atas ada dua lagi teori tambahan. Teori tersebut dikemukakan oleh Denis McQuail dalam tulisannya “Uncertainty about Audience and Organization of massa Communications”. Teori tersebut ialah:
5.    Teri pers pembangunan.
6.    Teori pers partisipan Demokratik.
Di bawah ini akan dibahas teori di atas satu per satu.
1.    AUTHORITARIAN Theory
Berpijak pada falsafah: membela kekuasaan absolut. Kebenaran dipercayakan hanya pada segelintir orang bijaksana yang mampu memimpin posisi negara jauh lebih tinggi dibandingkan individu.
2.    LIBERTARIAN Theory
Berpijak pada falsafah: manusia adalah mahluk rasional yang bisa membedakan baik dan buruk. Pers adalah alat, mitra untuk mencari kebenaran bukan sebagai alat pemerintah (negara). Sebaliknya dalam teori ini pers didorong untuk mengawasi pemerintah.
Berpijak atas teori ini pula lahir istilah pers sevagai pilar ke empat dalam negara demokrasi, yaitu setelah kekusaan legislatif, eksekitif dan yudikatif. Seringg dikenal dengan istilah “ the fourth estate”.
Dasar pemikiran teori ini
-    Dalam mencari kebenaran semua gagasan harus memiliki kesempatan yang sama untuk dikembangkan. Sehingga yang benar akan bertahan yang salah akan lenyap.
-    Self righting process (proses menemukan sendiri kebenaran) gagasan Jhon Milton.
-    Free market ideas (kebebasan menjual gagasan).
3.    SOCIAL RESPONSIBILITY Theory ( teori Pesr Bertanggung Jawab Sosial)
Teori ini adalah turunan dari dua teori di atas. Teori ini bertujuan  untuk mengatasi kontradiksi antara kebebasan media dan tanggung jawab siosialnya. Hal ini diinformasikan pada tahun 1949 dalam laporan “Commision on The Freedom of The Perss” yang diketahui oleh Robert Hutchins.
Komisi ini  kemudian mengajukan 5 syarat untuk dipenuhi pers yang bertanggung jawab:
a.    Media harus menyajikan berita yang dapat dipercaya, lengkap,cerdas dan akurat. Media tidak boleh berbohong, harus memisahkan antara fakta dan opini. Lebih dari itu media harus melaporkan kebenaran.
b.    Media harus hadiri forum pertukaran komentar dan kritik.
c.    Media harus memproyeksikan gambaran yang benar – benar mewakili kelompok konstituen masyarakat.
d.    Media harus menyajikan tujuan dan nilai masyarakat. Media adalah instrumen pendidikan. Media memikul tanggung jawab untuk menjelaskan cita – cita yang memperjuangkan masyarakat.
e.    Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi yang tersembunyi. Media harus mendisribusikan informasi secara luas. 
4.    SOVIET COMMUNISM theory
Teori ini tumbuh dua tahun pasca revolusi Oktober 1917 di Russia dan berakar pada teori pers otoriatarian. Sistem pers ini memrlihara pengawasan yang dilakukan pemerintah. Karena itu di negara ini yang ada adalah RRC setelah Soviet bubar. Perbedaan khusus antara teori ini dengan teori lainnya diantaranya:
a.    Dihilangkannya motif profit.
b.    Menomorduakan topikalitas. (artinya menomorduakan topik yang sedang ramai dibicarakan).
c.    Orientasinya pada perubahan masyarakat menuju masyarakat komunis.


5.    TEORI PERS PEMBANGUNAN
Teori ini umumnya terkait dengan teori pers dunia III yang umumnya belum memiliki ciri – ciri sistem komunikasi yang telah maju. Inti teori ini adalah pers harus digunakan secara fositif dalam pembangunan nasional. Preferensi dinerikan pada teori yang menekankan keterlibatan akar rumput. Teori pers ini dijabarkan ke dalam beberapa prinsip di bawah :
a.    Pers harus membantu pelaksanaan pembangunan sesuai kebijakan yang ditetapkan nasional.
b.    Kebebasan pers harus terbukka bagi pembatasan sesuai dengan: 1)prioritas eonomi, 2)kebutuhan pengembangan masyarakat.
c.    Pers harus memprioritaskan isinya pada budaya dan bahsa nasional.
d.    Pers harus memprioritaskanberita  dan informasi yang menghubungkan sesama nagara berkembang yang berdekatan secara geografis, budaya dan politis.
e.    Pekerja pers punya kebebasan dalam menghimpun dan menyebarkan informasi.
f.    Negara punya hak campur tangan dalam hal membatasi, operasi media pers, sensor, pemberian subsidi dan kontrol.
6.    TEORI PERS PARTISIPAN DEMOKRATIK
Teori ini lahir dalam masyarakat libaral yang sudah maju. Teori ini lahir sebagai reaksi atas komersialisasi dan monopoli media atau swasta. Kedua, sebagai reaksi atas sentralisme dan birokratisasi atas sentralisme dan birokratisasinsiaran publik.
Konsep pers partisipan demokratik hampir sama dengan konsep “jurnalisme publik” yang saat ini sedang mengemuka.
Dirangkum dari buku berjudul “jurnalistik teori dan praktek” karangan Hikmat Kusumaningrat. Terbitan PT.Remaja Rosdakarnya Bandung tahun 2006.www.rosda.co.id

CIRI – CIRI PROFESI KEGURUAN #

CIRI – CIRI PROFESI KEGURUAN :
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.
7.  Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8.  Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10.  Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

CIRI-CIRI PROFESI :
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan inidimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiappelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harusmeletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selaluberkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaanberupa keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, makauntuk menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi

Kode Etik Guru Indonesia#

Kode Etik Guru Indonesia
1.    Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangun yang berjiwa Pancasila.
2.    Guru memiliki kejujuran Profesional dalam menerapkan Kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.
3.    Guru mengedakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.
4.    Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.
5.    Guru memelihara hubungan dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang luas untuk kepentingan pendidikan.
6.    Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu Profesional.
7.    Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik berdasarkan lingkungan maupun didalam hubungan keseluruhan.
8.    Guru barsama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu Organisasi Guru Profesional sebagai sarana pengabdian.
9.    Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang Pendidikan.
Kode Etik Guru di Indonesia
Pembukaan, Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia.
1.     Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradap.
2.    Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan.
3.    Melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
4.    Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi sabagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kretif, mandiri serta manjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
5.    Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang dalam meleksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso, tut wuri handayani”. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru Indonesia ktika menjalankan tugas-tugas Profesianal dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
6.    Guru Indonesia bertanggung jawab mengantarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan.

Senin, 18 November 2013

PROSES MORFOFONEMIK#

PROSES MORFOFONEMIK
Pengertian morfofonemik
    Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan ( Zainal Arifin, 2007:8). Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofologi, atau morfonologi atau peristiwaberubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi,reduplikasi, maupun komposisi (Abdul Chear,2007:194). Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkanmorfoligi dan folonogi. Didalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi. ( Kridalaksana, 2007:183).
    Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa indonesia hanya terjadidalam pertemuan realisasa morfem dasar (morfem), baik prefiks,sufiks, infiks, maupun konfiks. (Kridalaksana,2007:183).
    Peristiwa morfofonemik dalam bahasa indonesia dapat di lihat misalnya pada prefiks me-. Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan – aturan fonologis tertentu. Istilah” morfofonemik” menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk – bentuk alomorf – alomorf yang bersangkutan secara fonemis.
Jenis morfofonemik dalam bahsa indonesia
    Kridalaksana memberikan perubahan- perubahan fonem yang terjadi akibat pertemuan morfen itu dapat digolongkan dalam se[uluh proses, yaitu:
1.    Pemunculan fonem
2.    Pengekalan fonem
3.    Pemunculan dan pengekalan fonem
4.    Pergeseran fonem
5.    Perubahan dan pergeseran fonem
6.    Pelepasan fonem
7.    Peluluhan fonem
8.    Penyisipan fonem secara historis
9.    Pemunculan fonem berdasarkan  poa bahasa asing
10.    Variasi fonem bahasa sumber
    Sedangkan Abdul Chaer membagi fonem dalam proses morfofonemik ini dalam lima wujud, yaitu :
1.    Pemunculan fonem
2.    Pelepasan fonem
3.    Peluluhan fonem
4.    Perubahan fonem
5.    Pergeseran fonem
    Berbeda dengan kedua ahli bahasa sebelumnya, Zaenal Arifin dan Junaiyah memaparkan peristiwa morfofonemik dari afiks – afiks dan kata bentuk pada afiksasi tersebut. Sehingga munculah morfofonemik pada prefiks meng-, per-, ber- dan ter berserta morfofonemik yang terjadi akibat pertemuan afiks-afiks tersebut dengan fonem tertentu pada dasarnya.

1.    Proses Morfofonemik pada Afiksasi
a)    Huruf vokal + Awalan Ber-, Se-, Me-, Di-, Ke-, Pe-, dan Ter-
o    Ber + amal = Beramal
o    Ber + asal = Berasal
o    Ber + akal = Berakal
o    Ber + ambisi = Berambisi
o    Ber + awal = Berawal
o    Se + akan = Seakan
o    Se + abad =Seabad
o    Se + atap = Seatap
o    Se + arah =  Searah
o    Me + atur = Mengatur
o    Me + angkat = Mengangkat
o    Me + arah = Mangarah
o    Me + ajar = Mengajar
o    Me + anyam = Menganyam
o    Di + ambil = Diambil
o    Di + angkat = Diangkat
o    Di + atur = Diatur
o    Di + awal = Diawal
o    Di + akhir = Diakhir
o    Ke + atas = Keatas
o    Ke + arah = Kearah
o    Ke + alamat = Kealamat
o    Pe + angkat = Pengangkat
o    Pe + arah = Pengarah
o    Pe + ajar = Pelajar
o    Pe + atur = Pengatur
o    Ter + ambil = Terambil
o    Ter + akhir = Terakhir
b)    Huruf Konsonan + awalan Ber-, Se-, Me-, Di-, Ke-, Pe-, dan Ter-
o    Ber + bahaya = Berbahaya
o    Ber + buat = Berbuat
o    Ber + bagi = Berbagi
o    Se + bagian = Sebagian
o    Se + bidang = Sebidang
o    Se + butir = Sebutir
o    Me + bom = mengebom
o    Me + bunuh = Membunuh
o    Me + bor = Mengebor
o    Di + bawah = Dibawah
o    Di + buka = Dibuka
o    Di + bakar = Dibakar
o    Ke + belakang = Kebelakang
o    Ke = bentuk = Kebentuk
o    Pe + bom = Pengebom
o    Pe + bajak = pembajak
o    Pe + bicara = Pembicara
o    Ter + bagi = Terbagi
o    Ter + bongkar = Terbongkar
o    Ter + bangun = terbangun